watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Cerita sexs
Pesta sexs kejutan

Hari itu adalah hari Minggu sebulan setelah
peristiwaku di vila bersama Pak Imam dan
Muklas ,selama ini aku belum ke sana lagi akibat
kesibukan kuliahku. Hari Minggu itu aku pergi ke
sana untuk refreshing seperti biasa karena Seninnya
tanggal merah atau libur. Kali ini aku tidak sendiri tapi
bersama 2 orang teman cewekku yaitu Kiki dan
Indah, kami semua adalah teman akrab di kampus,
sebenarnya geng kami ini ada 4 orang, satu lagi si
Ratna yang hari ini tidak bisa ikut karena ada acara
dengan keluarganya.
Kami sama-sama terbuka tentang seks dan sama-
sama penggemar seks, Kiki dikaruniai tubuh putih
mulus tinggi semampai dengan buah dada yang
bulat montok berukuran 38B yang membuat pikiran
kotor para cowok melayang-layang, beruntunglah
mereka karena Kiki tidak sulit diajak ‘naik ranjang’
karena dia sudah ketagihan seks sejak SMP.
Sedangkan Indah mempunyai wajah yang imut
dengan rambut panjang yang indah, bodynya pun
tidak kalah dari Kiki walaupun payudaranya lebih
kecil, namun dibalik wajah imutnya ternyata Indah
termasuk cewek yang lihai memanfaatkan cowok,
sudah berkali-kali dia ganti pacar gara-gara sifat
materenya. Sedangkan aku sendiri sepertinya kalian
sudah tahulah cewek seperti apa aku ini dari cerita-
ceritaku dulu.
Baiklah, sekarang kita kembali ke kejadian hari itu
yang rencananya mau mengadakan orgy party
setelah sekian lama otak kami dijejali bahan-bahan
kuliah dan urusan sehari-hari. Waktu itu Kiki protes
karena aku tidak memperbolehkannya mengajak
teman-teman cowok yang biasa diajak, begitu juga
Indah yang ikut mendukung Kiki karena pacarnya
juga tidak boleh diajak.
“Emangnya lu ngundang siapa lagi sih Ni, masa si
Chevy aja ga boleh ikutan ?” kata Indah
“Iya nih, emangnya kita mau pesta lesbian apa, wah
gua kan cewek normal nih” timpal Kiki
“Udahlah, lu orang tenang aja, cowok-cowoknya
nanti nyusul, pokoknya yang kali ini surprise deh !
dijamin kalian puas sampe ga bisa bangun lagi deh”
Aku ingin sedikit membuat kejutan agar acara kali ini
lain dari yang lain, karena itulah aku merahasiakan
siapa pejantannya yang tidak lain adalah penjaga
vilaku dan vila tetanggaku, Pak Imam dan Muklas.
Kemarinnya aku memang sudah mengabari Pak
Imam lewat telepon bahwa aku besok akan ke sana
dengan teman-temanku yang pernah kujanjikan
pada mereka dulu. Pak Imam tentu antusias sekali
dengan acara kali ini, kami telah mengatur skenario
acaranya agar seru. Beberapa jam kemudian kami
sampai di villaku, Pak Imam seperti biasa
membukakan pintu garasi, bola matanya melihat
jelalatan pada kami terutama Kiki yang hari itu
pakaiannya seksi berupa rok mini dan sebuah tank
top merah berdada rendah sehingga payudaranya
seakan mau keluar. Dia kusuruh keluar dulu sampai
aku memberi syarat padanya, dia menunggunya di
villa tetangga yang tidak lain vila yang dijaga si
Muklas. Setelah membereskan barang bawaan, kami
menyantap makan siang, lalu ngobrol-ngobrol dan
istirahat. Indah yang daritadi kelihatan letih terlelap
lebih dulu. Kami bangun sore hari sekitar jam 4
sore.
“Eh…sambil nunggu cowok-cowoknya mendingan
kita berenang dulu yuk” ajakku pada mereka
Aku melepaskan semua bajuku tanpa tersisa dan
berjalan ke arah kolam dengan santainya
“Wei…gila lo Ni, masa mau berenang ga pake apa-
apa gitu, kalo keliatan orang gimana ?” tegur Indah
“Iya Ni, lagian kan kalo si tua Imam itu dateng
gimana tuh” sambung Kiki
“Yah kalian, katanya mo party, masa berenang bugil
aja ga berani, tenang aja Pak Imam udah gua suruh
jangan ke sini sampai kita pulang nanti” bujukku
sambil menarik tangan Kiki
Di tepi kolam mereka masih agak ragu melepas
pakaiannya, alasannya takut kepergok tetangga,
setelah kutantang Kiki baru mulai berani melepas
satu demi satu yang melekat di tubuhnya, aku
membantu Indah yang masih agak malu
mempreteli pakaiannya. Akhirnya kami bertiga
nyebur ke kolam tanpa memakai apapun.
Perlahan-lahan rasa risih mereka pun mulai
berkurang, kami tertawa-tawa, main siram-siraman
air, dan balapan renang kesana kemari dengan
bebasnya. Mungkin seperti inilah kira-kira gambaran
tempat pemandian di istana haremnya para raja.
Sesudah agak lama bermain di air aku naik ke atas
dan mengelap tubuhku yang basah, lalu membalut
tubuhku dengan kimono.
“Ni, sekalian ambilin kita minum yah” pinta Kiki
Akupun berjalan ke dalam dan meminum segelas
air.
“Ok, it’s the showtime” gumamku dalam hati, inilah
saat yang tepat untuk menjalankan skenario ini. Aku
segera menelepon vila sebelah menyuruh Pak
Imam dan Muklas segera kesini karena pesta akan
segera dimulai.
“Iya neng, kita segera ke sana” sahut Muklas sambil
menutup gagang telepon
Hanya dalam hitungan menit mereka sudah nampak
di pekarangan depan vilaku. Aku yang sudah
menunggu membukakan pintu untuk mereka.
“Wah udah ga sabaran nih, dari tadi cuma ngintipin
neng sama temen-temen neng dari loteng” kata Pak
Imam
“Pokoknya yang payudaranya gede itu buat saya
dulu yah neng” ujar Muklas merujuk pada Kiki.
"Saya juga mau yang dadanya aduhai neng" lanjut
Pak Imam
“Iya tenang, sabar, Pokoknya semua kebagian, ok”
kataku “yang penting sekarang surprise buat mereka
dulu”
Setelah beberapa saat berbicara kasak-kusuk,
akhirnya operasipun siap dilaksanakan. Pertama-
tama dimulai dari Kiki. Aku berjalan ke arah kolam
membawakan mereka dua gelas air, disana Indah
sedang tiduran di kursi santai tanpa busana,
sementara Kiki masih berendam di air.
“Ki, lu bisa ke kamar gua sebentar ga, gua mo minta
tolong dikit nih” pintaku padanya “lu lap badan dulu
gih, gua tunggu di sana”
Aku masuk ke dalam terlebih dahulu dan duduk di
pingir ranjang menunggunya. Di balik pintu itu Pak
Imam dan Muklas yang sudah kusuruh bugil telah
siap memangsa temanku itu, kemaluan mereka
sudah mengeras dan berdiri tegak seperti pedang
yang terhunus. Tak lama kemudian Kiki memasuki
kamarku sambil mengelap rambutnya yang masih
basah.
“Kenapa Ni, ada perlu apa emang ?” tanyanya.
“Ngga, cuma mau ngasih surprise dikit kok”
jawabku dengan menyeringai dan memberi aba-aba
pada mereka. Sebelum Kiki sempat membalikkan
badan, sepasang lengan hitam sudah memeluknya
dari belakang dan tangan yang satunya dengan
sigap membekap mulutnya agar tidak berteriak. Kiki
yang terkejut tentu saja meronta-ronta , namun
pemberontakkan itu justru makin membakar nafsu
kedua orang itu.
Pak Imam dengan gemas meremas payudara
kirinya dan memilin-milin putingnya. Si Muklas
berhasil menangkap kedua pergelangan kakinya
yang menendang-nendang. Dibentangkannya kedua
tungkai itu, lalu dia berjongkok dengan wajah tepat
di hadapan kemaluan Kiki.
“Wah jembutnya lebat juga yah, kaya si neng”
komentar Muklas sambil menyentuhkan lidahnya ke
liang vagina Kiki, diperlakukan seperti itu Kiki cuma
bisa merem melek dan mengeluarkan desahan
tertahan karena bekapan Pak Imam begitu kokoh.
“Hei, jangan rakus dong Klas, dia kan buat Pak
Imam, tuh jatahlu masih nunggu di luar sana”
kataku padanya
Mengingat kembali sasarannya semula, Muklas
menurunkan kembali kaki Kiki dan bergegas menuju
ke kolam.
“Jangan terlalu kasar yah ke dia, bisa-bisa pingsan
gara-gara lu” godaku
Setelah Muklas keluar tinggallah kami bertiga di
kamarku. Pak Imam langsung menghempaskan
dirinya bersama Kiki ke ranjang spring bed-ku. Tak
berapa lama terdengarlah jeritan Indah dari kolam,
aku melihat dari jendela kamarku apa yang terjadi
antara mereka. Indah terpelanting dari kursi santai
dan berusaha melepaskan diri dari Muklas. Dia
berhasil berdiri dan mendapat kesempatan
menghindar, tapi kalah cepat dari Muklas, tukang
kebun itu berhasil mendekapnya dari belakang lalu
mengangkat badannya.
“Jangan…tolong !!” jeritnya sambil meronta-ronta
dalam gendongan Muklas
Muklas dengan santai membawa Indah ke tepi
kolam, lalu dilemparnya ke air, setelah itu dia ikutan
nyebur. Dia air Indah terus berontak saat Muklas
menggerayangi tubuhnya dalam himpitannya.
Sekuat apapun Indah tentu saja bukan tandingan
Muklas yang sudah kesurupan itu. Perlawanan
Indah mengendur setelah Muklas mendesaknya di
sudut kolam, riak di kolam juga mulai berkurang.
Tidak terlalu jelas detilnya Muklas menggerayangi
tubuh Indah, tapi aku dapat melihat Muklas
memeluk erat Indah sambil melumat bibirnya.
Kutinggalkan mereka menikmati saat-saat nikmatnya
untuk kembali lagi pada situasi di kamarku. Aku lalu
menghampiri Pak Imam dan Kiki untuk bergabung
dalam kenikmatan ini. Sama seperti Indah, Kiki juga
menjerit-jerit, namun jeritannya juga pelan-pelan
berubah menjadi erangan nikmat akibat
rangsangan-rangsangan yang dilakukan Pak Imam.
Waktu aku menghampiri mereka Pak Imam sedang
menjilati paha mulus Kiki sambil kedua tangannya
masing-masing bergerilya pada payudara dan
kemaluan Kiki.
“Aduh Ni…tega-teganya lu nyerahin kita ke orang-
orang kaya gini…ahhh !!” kata Kiki ditengah
desahannya
“Tenang Ki, ini baru namanya surprise, sekali kali
coba produk kampung dong” kataku seraya
melumat bibirnya
Aku berpagutan dengan Kiki beberapa menit
lamanya. Jilatan Pak Imam mulai merambat naik
hingga dia melumat dan meremas payudara Kiki
secara bergantian, sementara tangannya masih saja
mengobok-obok vaginanya. Desahan Kiki tertahan
karena sedang berciuman denganku, tubuhnya
menggeliat-geliat merasakan nikmat yang tiada tara.
“Hhhmmhh…tetek Neng Kiki ini gede juga ya, lebih
gede dari punya Neng” kata Pak Imam disela
aktivitasnya.
Memang sih diantara kami bereempat, payudara Kiki
termasuk yang paling montok. Menurut
pengakuannya, cowok-cowok yang pernah ML
dengannya paling tergila-gila mengeyot benda itu
atau mengocok penis mereka diantara himpitannya.
Pak Imam pun tidak terkecuali, dia dengan gemas
mengemut susunya, seluruh susu kanan Kiki ditelan
olehnya dan Pak Imam juga mengocok penisnya
diantara himpitan payudara montok
Kiki….ach..aach..desah Kiki yang sangat menikmati
kocokan penis di payudaranya.
Puas menetek pada Kiki, Pak Imam bersiap
memasuki vagina Kiki dengan penisnya. Kulihat
dalam posisinya diantara kedua belah paha Kiki dia
memegang penisnya untuk diarahkan ke liang itu.
“Ouch…sakit , duh kasar banget sih babu lu” Kiki
meringis dan mencengkram lenganku waktu penis
super Pak Imam mendorong-dorongkan penisnya
dengan bernafsu
“Tahan Ki, ntar juga lu keenakan kok, pokoknya
enjoy aja” kataku sambil meremasi kedua
payudaranya yang sudah basah dan merah akibat
disedot Pak Imam.
Pak Imam menyodokkan penisnya dengan keras
sehingga Kiki pun tidak bisa menahan jeritannya, Kiki
kelihatan mau menangis nampak dari matanya yang
sedikit berair.Pak Imam mulai menggarap Kiki
dengan genjotannya. Aku merasakan tangan Kiki
menyelinap ke bawah kimonoku menuju
selangkangan, eennghh…aku mendesah merasakan
jari-jari Kiki menggerayangi kemaluanku.
Aku lalu naik ke wajah Kiki berhadapan dengan Pak
Imam yang sedang menggenjotnya. Kiki langsung
menjilati kemaluanku dan Pak Imam menarik tali
pinggang kimonoku sehingga tubuhku tersingkap.
Dengan terus menyodoki Kiki, dia meraih
payudaraku yang kiri, mula-mula dibelainya dengan
lembut tapi lama-lama tangannya semakin keras
mencengkramnya sampai aku meringis menahan
sakit. Dia juga menyorongkan kepalanya berusaha
mencaplok payudara yang satunya. Aku yang
mengerti apa maunya segera mencondongkan
badanku ke depan sehingga dadaku pun makin
membusung indah. Ternyata dia tidak langsung
mencaplok payudaraku, tetapi hanya menjulurkan
lidahnya untuk menjilati putingku menyebabkan
benda itu makin mengeras saja. Aku merasakan
sensasi yang luar biasa, geli bercampur nikmat.
Sapuan-sapuan lidah Kiki pada vaginaku membuat
daerah itu semakin becek, bukan cuma itu saja Kiki
juga mengorek-ngoreknya dengan jarinya.
Aku mendesah tak karuan marasakan jilatan dan
sedotan pada klistoris dan putingku. Ciuman Pak
Imam merambat naik dari dadaku hingga hinggap
di bibirku, kami berCiuman dengan penuh nafsu.
Tidak kuhiraukan nafasnya yang bau rokok, lidah
kami beradu dengan liar sampai ludah kami
bercampur baur.
“Aahh…oohh…gua dah mau…Pak !!” erang Kiki
bersamaan dengan tubuhnya yang mengejang dan
membusur ke atas.
Melihat reaksi Kiki, Pak Imam semakin
memperdahsyat sodokannya dan semakin ganas
meremas dadanya. Aku sendiri tidak merasa akan
segera menyusul Kiki, dibawah sana seperti mau
meledak rasanya. Dalam waktu yang hampir
bersamaan aku dan Kiki mencapai klimaks, tubuh
kami mengejang hebat dan cairan kewanitaanku
tumpah ke wajah Kiki. Erangan kami memenuhi
kamar ini membuat Pak Imam semakin liar.
Setelah aku ambruk ke samping, Pak Imam
menindih Kiki dan mulai menciuminya, dijilatinya
cairan cintaku yang blepotan di sekitar mulut Kiki,
tangannya tak henti-hentinya menggerayangi
payudara montok itu, seolah-oleh tak ingin lepas
darinya.
“Hhmmpphh…sluurrpp…cup…cup…” demikian
bunyinya saat mereka bercipokan, lidah mereka
saling membelit dan bermain di rongga mulut
masing-masing. Pak Imam cukup pengertian akan
kondisi Kiki yang mulai kepayahan, jadi setelah puas
berciuman dia membiarkannya memulihkan tenaga
dulu. Dan kini disambarnya tubuhku, padahal
gairahku baru naik setengahnya setelah orgasme
barusan. Tubuhku yang dalam posisi tengkurap
diangkatnya pada bagian pinggul sehingga
menungging. Dia membuka lebar bibir vaginaku
dan menyentuhkan kepala penisnya disitu. Benda itu
pelan-pelan mendesak masuk ke vaginaku. Aku
mendesah sambil meremas-remas sprei
menghayati proses pencoblosan itu.
Permainan Pak Imam sungguh membuatku
terhanyut, dia memulainya dengan genjotan-
genjotan pelan, tapi lama-kelamaan sodokannya
terasa makin keras dan kasar sampai tubuhku
berguncang dengan hebatnya. Aku meraih
tangannya untuk meremasi payudaraku yang
berayun-ayun. Tiba-tiba suara desahan Kiki
terdengar lagi menjari sahut menyahut dengan
desahanku. Gila, penjaga vilaku ini mengerjai kami
berdua dalam waktu bersamaan, bedanya aku
dikocok dengan penis sedangkan Kiki dikocok
dengan jari-jarinya. Kiki membuka pahanya lebih
lebar lagi agar jari-jari Pak Imam bermain lebih
leluasa.
“Aduhh…aahh…gila Ki…enak banget !!” ceracauku
sambil merem-melek
“Oohh…terus Pak…kocok terus” Kiki terus mendesah
dan meremas-remas dadanya sendiri, wajahnya
sudah memerah saking terangsangnya.
“Yak…dikit lagi…aahh…Pak…udah mau” aku
mempercepat iramaku karena merasa sudah
hampir klimaks
“Neng Nia…Neng Kiki…bapak juga…mau keluar…
eerrhh” geramnya dengan mempercepat
gerakkannya.
Penis itu terasa menyodok semakin dalam bahkan
sepertinya menyentuh dasar rahimku. Sebuah
rintihan panjang menandai orgasmeku, tubuhku
berkelejotan seperti kesetrum. Kemudian dia
lepaskan penisnya dari vaginaku dan berdiri di
ranjang. Disuruhnya Kiki berlutut dan mengoral
penisnya yang berlumuran cairan cintaku. Kiki
berlutut mengemut penis basah itu sambil tangan
kanannya mengocok vaginanya sendiri yang
tanggung belum tuntas. Aku bangkit perlahan dan
ikut bergabung dengan Kiki menikmati penis Pak
Imam. Kiki mengemut batangnya, aku mengemut
buah zakarnya, kami saling berbagi menikmati
‘sosis’ itu.
Di tengah kulumannya mendadak Kiki merintih
tertahan, tubuhnya seperti menggigil, dan kulihat ke
bawah ternyata dari vaginanya mengucur cairan
bening hasil masturbasinya sendiri. Disusul
beberapa detik kemudian, Pak Imam mencabut
penisnya dari mulutku lalu mengerang panjang.
Cairan kental berbau khas memancar dengan
derasnya membasahi wajah kami. Kami berebutan
menelan cairan itu, penis itu kupompa dalam
genggamanku agar semuanya keluar, nampak
pemiliknya mendesah-desah dan kelabakan
“Sabar, sabar dong neng, bisa putus kontol bapak
kalo rebutan gini” katanya terbata-bata
Setelah tidak ada yang keluar lagi Kiki menjilati
sisanya di wajahku, demikian pula sebaliknya.
Mereka berdua akhirnya ambruk kecapaian, wajah
Pak Imam jatuh tepat di dada Kiki.
Saat mereka ambruk, sebaliknya gairahku mulai
timbul lagi. Maka kutinggalkan mereka untuk melihat
keadaan Indah dan Muklas. Aku tiba di kolam
melihat Muklas sedang menggarap tubuh mungil
Indah. Di daerah dangkal Indah dalam posisi
berpegangan pada tangga kolam, Muklas dari
bawahnya juga dalam posisi berdiri sedang asyik
menggenjot penisnya pada vagina Indah. Kedua
payudara Indah bergoyang naik turun seirama
goyang tubuhnya. Pasti adegan ini membuat para
cowok di kampusku sirik pada Muklas yang buruk
rupa tapi bisa ngentot dengan gadis seimut itu.
“Belum selesai juga lu orang, udah berapa ronde
nih ?” sapaku
“Edan Ni…gua sampe klimaks tiga kali…aahh !!”
desah Indah tak karuan
“Neng….temennya enak banget, udah cantik,
memeknya seret lagi” komentar Muklas sambil terus
menggenjot.
Indah tak kuasa menahan rintihannya setiap Muklas
menusukkan penisnya, tubuhnya bergetar hebat
akibat tarikan dan dorongan penis penjaga vila itu
pada kemaluannya. Kepala Muklas menyelinap lewat
ketiak sebelah kirinya lalu mulutnya mencaplok buah
dadanya. Pinggul Indah naik turun berkali kali
mengikuti gerakan Muklas. Jeritannya makin
menjadi-jadi hingga akhirnya satu lenguhan panjang
membuatnya terlarut dalam orgasme, beberapa
saat tubuhnya menegang sebelum akhirnya terkulai
lemas di tangga kolam. Setelah menaklukkan Indah,
Muklas memanggilku yang mengelus-ngelus
kemaluanku sendiri menonton adegan mereka.
“Sini neng, mendingan dipuasin pake kontol saya aja
daripada ngocok sendiri”

Akupun turun ke air yang merendam sebatas lutut
kami, disambutnya aku dengan pelukannya,
tangannya mengelusi punggungku terus turun
hingga meremas bongkahan pantatku. Sementara
tanganku juga turun meraih kemaluannya.
“Gila nih kontol, masih keras juga…udah keluar
berapa kali tadi ?” tanyaku waktu menggenggam
batangnya yang masih ‘lapar’ itu.
“Baru sekali tadi…abis saya masih nungguin neng
sih” godanya saambil nyengir.
Kemudian diangkatnya badanku dengan posisi
kakiku dipinggangnya, aku melingkarkan tangan
pada lehernya agar tidak jatuh. Diletakkannya aku
pada lantai di tepi kolam, disebelah Indah yang
terkapar, dia merapatkan badannya diantara kedua
kakiku yang tergantung.
Dia mulai menciumiku dari telinga, lidah itu
menelusuri belakang telingaku juga bermain-main di
lubangnya. Dengusan nafas dan lidahnya
membuatku merasa geli dan menggeliat-geliat.
Mulutnya berpindah melumat bibirku dengan ganas,
lidahnya menyapu langit-langit mulutku, kurespon
dengan mengulum lidahnya. Tanganku meraba-
raba kebawah mencari kemaluannya karena birahiku
telah demikian tingginya, tak sabar lagi untuk
dientot. Ketika kuraih benda itu kutuntun memasuki
kemaluanku, tangan kanan Muklas ikut menuntun
senjatanya menembaki sasaran. Saat kepala
penisnya menyentuh bibir kemaluanku, dia
menekannya ke dalam, mulutku menggumam
tertahan karena sedang berciuman dengannya.
Ciuman kami baru terlepas disertai jeritan kecil ketika
Muklas mengehentakkan pinggulnya hingga
penisnya tertanam semua dalam vaginaku.
Pinggulnya bergerak cepat diantara kedua pahaku
sementara mulutnya mencupangi pundak dan leher
jenjangku. Aku hanya bisa menengadahkan kepala
menatap langit dan mendesah sejadi-jadinya.
Kalau dibandingkan dengan Pak Imam, memang
sodokan Muklas lebih mantap selain karena usianya
masih 30-an, badannya juga lebih berisi daripada
Pak Imam yang tinggi kurus seperti Datuk Maringgih
itu. Di tengah badai kenikmatan itu sekonyong-
konyong aku melihat sesuatu yang bergerak-gerak
di jendela kamarku. Kufokuskan pandanganku dan
astaga…ternyata si Kiki, dia sedang disetubuhi dari
belakang dengan posisi menghadap jendela,
tubuhnya terlonjak-lonjak dan terdorong ke depan
sampai payudaranya menempel pada kaca jendela,
mulutnya tampak mengap-mengap atau terkadang
meringis, sungguh suatu pemandangan yang
erotis. Adegan itu ditambah serangan Muklas yang
makin gencar membuatku makin tak terkontrol,
pelukanku semakin erat sehingga dadaku tertekan di
dadanya, kedua kakiku menggelepar-gelepar
menepuk permukaan air. Aku merasa detik-detik
orgasme sudah dekat, maka kuberitahu dia tentang
hal ini. Muklas memintaku bertahan sebentar lagi
karena dia juga sudah mau keluar.
Susah payah aku bertahan agar bisa klimaks
bersama, setelah kurasakan ada cairan hangat
menyemprot di rahimku, akupun melepas sesuatu
yang daritadi ditahan-tahan. Perasaan itu mengalir
dengan deras di sekujur tubuhku, otot-ototku
mengejang, tak terasa kukuku menggores
punggungnya. Beberapa detik kemudian badanku
terkulai lemas seolah mati rasa, begitu juga Muklas
yang jatuh bersandar di pinggir kolam. Aku
berbaring di pinggir kolam di atas lantai marmer,
kedua payudaraku nampak bergerak naik turun
seiring desah nafasku. Kugerakkan mataku, di
jendela Kiki dan Pak Imam sudah tak nampak lagi, di
sisi lain Indah yang sudah pulih merendam dirinya
di air dangkal untuk membasuh tubuhnya.
Kami beristirahat sebentar, bahkan beberapa
diantara kami tertidur. Pesta dimulai lagi sekitar
pukul 8 malam setelah makan. Kami mengadakan
permainan gila, ceritanya kami bertiga bermain
poker dengan taruhan yang kalah paling awal harus
rela dikeroyok kedua penjaga villa itu dan diabadikan
dalam video klip dengan HP Nokia model terbaru
milik Indah, filenya akan disimpan dalam komputer
Indah untuk koleksi dan tidak akan boleh dicopy atau
dilihat orang lain selain geng kami, mengingat kasus
bokep Itenas. Kami duduk melingkar di ranjang, Pak
Imam dan Muklas kusuruh menjauh dan kularang
menyentuh siapapun sebelum ada yang kalah,
mereka menunggu hanya dengan memakai kolor,
sambil sebentar-sebentar mengocok anunya sendiri
Aku mulai membagikan kartu dan permainan
dimulai. Suasana tegang menyelimuti kami bertiga,
setelah akhirnya Kiki melempar kartunya yang buruk
sambil menepuk jidatnya, dia kalah. Kedua orang
yang sudah tak sabar menunggu itu segera maju
mengeksekusi Kiki.
Kiki sempat berontak, tapi berhasil dilumpuhkan
mereka dengan dipegangi erat-erat dan digerayangi
bagian-bagian sensitifnya. Muklas menyusupkan
tangannya ke kimono Kiki meraih payudaranya
yang tak memakai apa-apa di baliknya. Pak Imam
menyerang dari bawah dengan merentangkan
lebar-lebar kedua paha Kiki dan langsung
membenamkan kepalanya pada kemaluannya yang
terawat dan berbulu lebat itu. Perlakuan ini
membuat rontaan Kiki terhenti, kini dia malah
mengelus-elus penis Muklas yang menegang sambil
memejamkan mata menikmati vaginanya dijilati Pak
Imam dan dadanya diremas Mulkas. Aku melihat
lidah Pak Imam menjalar jari belahan bawah hingga
puncak kemaluan Kiki, lalu disentil-sentilkan pada
klistorisnya. Kiki tidak tahan lagi, dia merundukkan
badan untuk memasukkan penis Muklas ke
mulutnya, benda itu dikulumnya dengan rakus
seperti sedang makan es krim. Event menarik itu
tidak dilewatkan Indah dengan kamera-HP nya.
Kiki terengah-engah melayani penis super Muklas,
sepertinya dia sudah tidak peduli keadaan sekitarnya,
rasa malunya hilang digantikan dengan hasrat yang
besar untuk menyelesaikan gairahnya. Dia
mempertunjukkan suatu live show yang panas
seperti aktris bokep dan Indah sebagai juru
kameranya. Pak Imam yang baru saja melepaskan
kolornya menggesek-gesekkan benda itu ke
payudara Kiki, sebagai pemanasan sebelum
memasukinya. Kemulusan tubuh Kiki terpampang
begitu Muklas menarik lepas tali pinggang pada
kimononya, sesosok tubuh yang putih mulus serta
terawat baik diantara dua tubuh hitam dan kasar,
sungguh perpaduan yang kontras tapi
menggairahkan. Pak Imam mempergencar
rangsangannya dengan menCiumi batang kakinya
mulai dari betis, tumit, hingga jari-jari kakinya. Kiki
yang sudah kesurupan ‘setan seks’ itu jadi makin
gila dengan perlakuan seperti itu
“Ahhh…awww…Pak enak banget….masukin aja
sekarang !!” rintihnya manja sambil meraih penis
Pak Imam yang masih bergesekan dengan bibir
vaginanya.
Pak Imam pun mendorong penis itu membelah
kedua belahan kemaluan Kiki diiringi desahan nikmat
yang memenuhi kamar ini sampai aku dibuat
merinding mendengarnya. Aku mengeluarkan
payudara kiriku dari balik kimono dan meremasnya
dengan tanganku, tangan yang satu lagi turun
menggesek-gesekkan jariku ke kemaluanku, Indah
yang juga sudah horny sesekali mengelus
kemaluannya sendiri. Kiki nampak sangat liar,
kemaluannya digenjot dari depan, dan Muklas yang
menopang tubuhnya dari belakang meremasi kedua
payudaranya serta memencet-mencet putingnya.
Rambutnya yang sudah terurai itu disibakkan
Muklas, lalu melumat leher dan pundaknya dengan
jilatan dan gigitan ringan. Hal ini menyebabkan Kiki
tambah menggelinjang dan mempercepat
kocokannya pada penis Muklas.
Serangan Pak Imam pada vagina Kiki semakin cepat
sehingga tubuhnya menggelinjang hebat
“Aaakhhh…aahhh !!” jerit Kiki dengan
melengkungkan tubuhnya ke atas
Kiki telah mencapai orgasme hampir bersamaan
dengan Pak Imam yang menyemprotkan
spermanya di dalam rahimnya. Adegan ini juga
direkam oleh Indah, difokuskan terutama pada
wajah Kiki yang sedang orgasme. Tanpa memberi
istirahat, Muklas menaikkan Kiki ke pangkuannya
dengan posisi membelakangi. Kembali vagina Kiki
dikocok oleh penis Muklas. Walaupun masih lemas
dia mulai menggoyangkan pantatnya mengikuti
kocokan Muklas. Muklas yang merasa keenakan
hanya bisa mengerang sambil meremas pantat Kiki
menikmati pijatan kemaluannya. Pak Imam
mengistirahatkan penisnya sambil menyusu dari
kedua payudara Kiki secara bergantian. Aku semakin
dalam mencucukkan jariku ke dalam vaginaku
saking terangsangnya, sampai-sampai cairanku
mulai meleleh membasahi selangkangan dan jari-
jariku.
Bosan dengan gaya berpangkuan, Muklas berbaring
telentang dan membiarkan Kiki bergoyang di atas
penisnya. Kemudian dia menyuruh Indah naik ke
atas wajahnya agar bisa menikmati kemaluannya.
Indah yang daritadi sudah terangsang itu segera
melakukan apa yang disuruh tanpa ragu-ragu.
Seluruh wajah Muklas tertutup oleh daster
transparan Indah, namun aku masih dapat melihat
dia dengan rakusnya melahap kemaluannya sambil
menyusupkan tangannya dari bawah daster
menuju payudaranya. Pak Imam yang anunya
sudah mulai bangkit lagi menerkamku, kami
berguling-guling sambil berCiuman penuh nafsu.
Dengan tetap berCiuman Pak Imam memasukkan
penisnya ke vaginaku, cairan yang melumuri
selangkanganku melancarkan penetrasinya. Dengan
kecepatan tinggi penisnya keluar masuk dalam
vaginaku hingga aku histeris setiap benda itu
menghujam keras ke dalam. Aku cuma bisa pasrah
di bawah tindihannya membiarkan tangannya
menggerayangi payudaraku, mulutnya pun terus
menjilati leherku. Aku masih memakai kimonoku,
hanya saja sudah tersingkap kesana kemari.
Aku melihat Muklas masih berasyik-masyuk dengan
kedua temanku, hanya kali ini Indah sudah bertukar
posisi dengan Kiki. Sekarang mereka saling
berhadapan, Indah bergoyang naik turun diatas
penis Muklas sambil berCiuman dengan Kiki yang
mekangkangi wajah Muklas. Kiki membuka kakinya
lebar-lebar sehingga cairannya semakin mengalir,
cairan itu diseruput dengan rakus oleh si Muklas
sampai terdengar suara sluurrpp…. sshhrrpp…Ketika
aku sedang menikmati orgasmeku yang hebat, dia
tekan sepenuhnya penis itu ke dalam dan ini
membawa efek yang luar biasa padaku dalam
menghayati setiap detik klimaks tersebut, tubuhku
menggelinjang dan berteriak tak tentu arah sampai
akhirnya melemas kembali. Pesta gila-gilaan ini
berakhir sekitar jam 11 malam. Aku sudah setengah
sadar ketika Pak Imam menumpahkan maninya di
wajahku, tulang-tulangku serasa berantakan. Kiki
sudah terkapar lebih dulu dengan tubuh bersimbah
peluh dan ceceran sperma di dadanya, dari pangkal
pahanya yang terbuka nampak cairan kewanitaan
bercampur sperma yang mengalir bak mata air.
Sebelum tak sadarkan diri aku masih sempat melihat
Muklas menyodok memek Kiki tubuh keduanya
sudah mandi keringat. Karena letih dan ngantuk aku
pun segera tertidur tanpa kupedulikan jeritan histeris
Kiki maupun tubuhku yang sudah lengket oleh
sperma. Besok paginya aku terbangun ketika jam
sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh pagi
dan aku hanya mendapati Indah yang masih terlelap
di sebelah kiriku. Kuguncang tubuh Indah untuk
membangunkannya.
“Gimana Dah…puas semalem ?” tanyaku
“Gila gua dientotin sampe kelenger , barbar banget
tuh dua orang, eh…omong-omong pada kemana
yang lain si Kiki juga ga ada ?”
“Ga tau juga tuh gua juga baru bangun kok, duh
lengket banget mandi dulu yuk…udah lengket gini”
ajakku karena merasa tidak nyaman dengan sperma
kering terutama di wajahku, rasanya seperti ada
sarang laba-laba menempel di sana.
Baru saja keluar dari kamar, sayup-sayup sudah
terdengar suara desahan, kuikuti asal suara itu yang
ternyata dari kamar mandi. Kami berdua segera
menuju ke kamar mandi yang pintunya setengah
terbuka itu, kami tengok ke dalam dan melihat Kiki
dan kedua penjaga villa itu. Darahku berdesir melihat
pemandangan erotis di depan kami, dimana Kiki
sedang dikerjai oleh mereka di lantai kamar mandi.
Muklas sedang enak-enaknya mengocok senjatanya
diantara kedua gunung bulat itu, sedangkan Pak
Imam berlutut diantara paha jenjang itu sedang
menyetubuhinya, air dan sabun membuat tubuh
mereka basah berkilauan. Kedatangan kami
sepertinya tidak terlalu membuat mereka terkejut,
mereka malah menyapa kami sambil terus ‘bekerja’.
Aku dengan tidak terlepas dari live show itu berjalan
ke arah shower dan membuka kimonoku diikuti
Indah dari belakang. Air hangat mengucur
membasuh dan menyegarkan tubuh kami, kuambil
sabun cair dan menggosokkannya ke sekujur tubuh
Indah. Demikian juga Indah dia melakukan hal yang
sama padaku, kami saling menyabuni satu sama
lain.
Kami saling mengelus bagian tubuh masing-
masing, suatu ketika ketika tanganku sampai ke
bawah, iseng-iseng kubelai bibir kemaluannya
sekaligus mempermainkan klistorisnya.
“Uuhh...Ni !!” dia menjerit kecil dan mempererat
pelukannya padaku sehingga buah dada kami saling
berhimpit.
Tangan Indah yang lembut juga mengelusi
punggungku lalu mulai turun ke bawah meremas
bongkahan pantatku. Darahku pun mengalir makin
cepat ditambah lagi adegan panas Kiki dengan kedua
pria itu membuatku makin naik. Indah mendekatkan
wajahnya padaku dan menCium bibirku yang
terbuka karena sedang mendesah, selama beberapa
menit bibir kami berpagutan. Kemudian aku
memutar badanku membelakangi Indah supaya
bisa lebih nyaman menonton Kiki.
Aku melihat wajah horny Kiki yang cantik, dia
meringis dan mengerang menikmati tusukan Pak
Imam pada vaginanya, sementara Muklas hampir
mencapai orgasmenya, dia semakin cepat
menggesek-gesekkan penisnya diantara gunung
kembar itu, tangannya pun semakin keras
mencengkram daging kenyal itu sehingga
pemiliknya merintih kesakitan. Akhirnya
menyemprotlah spermanya membasahi dada, leher
dan mulut Kiki. Mataku tidak berkedip menyaksikan
semua itu sambil menikmati belaian Indah pada
daerah sensitifku. Dengan tangan kanannya dia
memainkan payudaraku, putingnya dipencet dan
dipilin hingga makin menegang, tangan kirinya
meraba-raba selangkanganku. Perbuatan Indah
yang mengobok-obok vaginaku dengan jarinya itu
hampir membuatku orgasme, sungguh sulit
dilukiskan dengan kata-kata betapa nikmatnya saat
itu.
Aku masih menikmati jari-jari Indah bermain di
vaginaku ketika Muklas yang baru menyelesaikan
hajatnya dengan Kiki berjalan ke arahku, penisnya
agak menyusut karena baru orgasme. Jantungku
berdetak lebih kencang menunggu apa yang akan
terjadi. Tangannya mendarat di payudara kiriku dan
meremasnya dengan lembut sambil sesekali
memelintirnya. Lalu dia membungkuk dan
mengarahkan kepalanya ke payudara kananku yang
langsung dikenyotnya. Aku memejamkan mata
menghayati suasana itu dan mengeluarkan desahan
menggoda. Lalu aku merasakan kaki kananku
diangkat dan sesuatu mendesak masuk ke vaginaku.
Sejenak kubuka mataku untuk melihat, dan ternyata
yang bertengger di vaginaku bukan lagi tangan
Indah tapi penis Muklas yang sudah bangkit lagi.
Kembali aku disetubuhi dalam posisi berdiri sambil
digerayangi Indah dari belakang. Tubuhku seolah
terbang tinggi, wajahku menengadah dengan mata
merem-melek merasakan nikmat yang tak terkira.
Hampir satu jam lamanya kami melakukan orgy di
kamar mandi. Akhirnya setelah mandi bersih-bersih
kami bertiga mencari udara segar dengan berjalan-
jalan di kompleks sekalian makan siang di sebuah
restoran di daerah itu. Setelah makan kami kembali
ke vila dan mengepak barang untuk kembali ke
Jakarta. Indah dan Kiki keluar dari kamar terlebih
dulu meninggalkanku yang masih membereskan
bawaanku yang lebih banyak. Cukup lama juga aku
dikamar gara-gara sibuk mencari alat charge HP-ku
yang ternyata kutaruh di lemari meja rias. Waktu
aku menuju ke garasi terdengar suara desahan dan
ya ampun...ternyata mereka sedang bermain ‘short
time’ sambil menungguku.
Indah yang celana panjang dan dalamnya sudah
dipeloroti sedang menungging dengan bersandar
pada moncong mobil, Pak Imam menyodokinya
dari belakang sambil memegangi payudaranya yang
tidak terbuka. Sementara di pintu mobil, Kiki berdiri
bersandar dengan baju dan rok tersingkap, paha
kirinya bertumpu pada bahu Muklas yang
berjongkok di bawahnya. Celana dalamnya tidak
dibuka, Muklas menjilati kemaluannya hanya dengan
menggeser pinggiran celana dalamnya, tangannya
turut bekerja meremasi payudara dan pantatnya.
“Weleh...weleh...masih sempat-sempatnya lu
orang, asal jangan kelamaan aja, ntar kejebak macet
kita” kataku sambil geleng-geleng kepala.
“Tengan neng ga usah buru-buru, masih pagi kok,
ini cuma sebentar aja kok” tanggap Pak Imam
dengan terengah-engah
Akhirnya setelah 15 menitan Pak Imam melepas
penisnya dan memanggilku untuk bergabung
dengan Indah menjilatinya. Aku tadinya menolak
karena tak ingin make upku luntur, tapi karena
didesak terus akhirnya aku berjongkok di sebelah
Indah.
“Tapi kalo keluar lu yang isep ya Dah, ntar muka gua
luntur” kataku padanya yang hanya dijawab dengan
anggukan kepala sambil mengulum benda itu
Sesuai perjanjian tidak lama kemudian Pak Imam
menggeram dan cepat-cepat kuberikan penis itu
pada Indah yang segera memasukkan ke mulutnya.
Pria itu mendesah panjang sambil menekan
penisnya ke mulut Indah, Indah sendiri sedang
menyedot sperma dari batang itu, sepertinya yang
keluar tidak banyak lagi soalnya Indah tidak terlalu
lama mengisapnya.
“Yuk cabut, udah ga haus lagi kan Dah ?” ujar Kiki
yang sudah merapikan kembali pakaiannya.
Kami naik ke mobil dan kembali ke kota kami
dengan kenangan tak terlupakan. Dalam perjalanan
kami saling berbagi cerita dan kesan-kesan dari
pengalaman kemarin dan membicarakan rencana
untuk mengerjai si Ratna yang hari ini absen.


Adult | GO HOME | Exit
1/1292
U-ON

inc Powered by Xtgem.com